Jumat, 13 Juni 2014

Bahasa Daerah di Indonesia



Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak bahasa daerah. Menurut data dari Ethnologue, Indonesia memiliki 726 bahasa yang dituturkan oleh berbagai etnis di seluruh wilayah Indonesia. Berikut ini adalah 10 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Indonesia.

Persebaran suku bangsa dan bahasa daerah di Indonesia
Sumber: Wikimedia Commons

1.      Bahasa Jawa (84.300.000 jiwa)

Bahasa Jawa dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian tengah dan timur. Namun, di pulau-pulau yang lainnya juga terdapat penutur bahasa Jawa. Bahkan di luar negeri pun juga terdapat penutur-penutur bahasa Jawa, di antaranya negara Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura. Bahasa Jawa memiliki beberapa tingkatan, seperti Ngoko, Madya, dan Krama. Menurut data sensus tahun 2000, penutur bahasa Jawa di Indonesia adalah sebanyak 84 juta jiwa lebih.

Bahasa Jawa memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banten, Banyumas, Blora, Brebes, Bumiayu, Cirebon, Kedu, Madiun, Malang, Pantura Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro) Pekalongan, Semarang, Serang, Surabaya, Surakarta, Suriname, dan Tegal.

Bahasa-bahasa di Jawa dan Bali
Sumber: Wikimedia Commons

2.      Bahasa Sunda (34.000.000 jiwa)

Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian barat. Bahasa ini tidak hanya dituturkan di daerah Jawa bagian Barat, namun juga dituturkan di berbagai pulau di Indonesia oleh warga Sunda yang migrasi ke tempat tersebut. Bahasa Sunda juga dituturkan di luar negeri terutama di daerah yang menjadi tempat migrasi warga Sunda. Menurut data sensus tahun 2000 bahasa Sunda dituturkan oleh 34 juta jiwa.

Bahasa Sunda memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek barat (Banten Selatan), dialek utara (Bogor, dan sekitarnya), dialek selatan/dialek Priangan (Bandung dan sekitarnya, dialek tengah timur (Majalengka dan sekitarnya), dialek timur laut (Kuningan dan sekitarnya), dialek tenggara (Ciamis dan sekitarnya).

3.    Bahasa Madura (13.600.000 jiwa)

Bahasa Madura dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Madura dan kawasan pantai utara Jawa Timur (Probolinggo dan sekitarnya). Bahasa Madura juga banyak dituturkan di Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, kepulauan Masalembo, hingga Kalimantan. Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa, dan sebagainya. Banyak pula kata-kata dari bahasa ini yang berakar pada bahasa Melayu, bahkan sampai bahasa Minangkabau. Namun tentunya dengan pelafalan yang berbeda. Bahas Madura memiliki pelafalan yang unik, sehingga orang luar Madura akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Menurut data sensus tahun 2000, penutur bahasa Madura sekitar 13 juta jiwa.
Bahasa Madura memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kangean. Dialek yang lainnya merupakan dialek rural yang telah tercampur dengan dialek-dialek dari bahasa lainnya.
           
4.        Bahasa Minangkabau (5.530.000 jiwa)

Bahasa Minangkabau dituturkan oleh masyarakat di provinsi Sumatera Barat, bagian barat Riau, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Selain itu juga terdapat di berbagai daerah, karena orang Minangkabau banyak yang merantau ke luar daerahnya. Menurut sensus tahun 2007, bahasa Minangkabau dituturkan oleh sedikitnya 5 juta jiwa.

Bahasa Minangkabau memiliki banyak sekali dialek, di antaranya bahasa Minangkabau Baku (dialek Padang), Mandahiling Kuti Anyie, Padang Panjang, Pariaman, Ludai, Sungai Batang, Kurai, Kuranji, Salimpaung Batusangkar, dan Rao-Rao Batusangkar.

Persebaran etnis dn bahasa di pulau Sumatera
Sumber: Wikimedia Commons

5.      Bahasa Musi (3.930.000 jiwa)

Bahasa Musi adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di sepanjang hulu dan hilir sungai Musi, Provinsi Sumatera Selatan. Bahasa Musi juga dikenal sebagai bahasa Sekayu dan bahasa Palembang. Penutur bahasa ini menurut sensus tahun 2000 adalah 3,9 juta jiwa.

Bahasa Musi memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Pegagan, Musi Sekayu, Penukal, Kelingi, Rawas; Palembang, Palembang Lama, Meranjat, Penesak, Belide, Burai, dan Lematang Ilir.

6.      Bahasa Bugis (3.500.000 jiwa)

Bahasa Bugis adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Selain itu, bahasa ini juga dituturkan di daerah lain di antaranya provinsi di sulawesi selain Sulawesi Selatan, Kalimantan, Maluku, Papua, Sumatera, dan juga di Sabah, Malaysia. Menurut sensus tahun1991 bahasa ini dituturkan oleh sekitar 3,5 juta jiwa.

Bahasa Bugis memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bone, Pangkep, Camba, Sidrap, Pasangkayu, Sinjai, Soppeng, Wajo, Barru, Sawitto, dan Luwu.

Persebaran etnis dan bahasa di Sulawesi
Sumber karya asli: Wikimedia Commons

7.      Bahasa Banjar (3.500.000 jiwa)

Bahasa Banjar adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bahasa ini juga dituturkan di daerah lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Di luar negeri, bahasa Banjar juga dituturkan oleh suku Banjar di Malaysia. Bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa, dan Dayak. Menurut sensus penduduk tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta jiwa.

Bahasa ini memiliki dua dialek utama, yaitu dialek Kuala dan Hulu. Dialek Banjar Kuala dituturkan oleh penduduk Banjarmasin, Martapura, dan Pelaihari. Sedangkan dialek hulu dituturkan oleh penduduk di daerah hulu sungai.
Persebaran suku bangsa dan bahasa di Kalimantan
Sumber karya asli: Wikimedia Commons

8.      Bahasa Aceh (3.500.000 jiwa)

Bahasa Aceh adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di pesisir, sebagian pedalaman, dan sebagian kepulauan Aceh. Bahasa ini dituturkan di Provinsi Aceh kecuali 3 kecamatan di Aceh Timur yang menggunakan bahasa Gayo, dan 1 kecamatan di Aceh Barat Daya yang menggunakan bahasa Kluet. Menurut sensus tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta jiwa.

Bahasa aceh memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banda Aceh, Baruh, Bueng, Daja, Pase, Pidie (Pedir, Timu), dan Tunong.

9.      Bahasa Bali (3.330.000 jiwa)

Bahasa Bali adalah bahasa yang dituturkan oleh Masyarakat di pulau Bali, Lombok bagian barat, dan sedikit ujung timur pulau Jawa. Di Lombok, bahasa Bali dituturkan terutama di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa dituturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Sebagaimana bahasa Jawa, bahasa Bali juga terdapat beberapa tingkatan, seperti Bali Kasar, Bali Madya, dan Bali Alus. Bahasa Bali berkerabat dengan bahasa Sasak, dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa. Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena penaklukan Bali oleh kerajaan di Jawa terutama abad ke-14 oleh Gajah Mada. Secara fonologis, bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya pada tingkatan bahasa sehingga bahasa Bali Alus sangat mirip dengan bahasa Jawa Krama. Menurut sensus tahun 2000 bahasa Bali dituturkan oleh 3,3 juta jiwa.

Bahasa Bali memiliki berbagai macam dialek, di antaranya dialek Dataran Rendah Bali (Klungkung, Karangasem, Buleleng, Gianyar, Tabanan, Jembrana, Badung), Dataran Tinggi Bali (“Bali Aga” ),  dan Nusa Penida.

10.  Bahasa Betawi (2.700.000 jiwa)

Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi di daerah Jakarta. Bahasa ini merupakan anak dari bahasa Melayu. Bahasa Betawi merupakan bahasa kreol (percampuran) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Cina Selatan (terutama Hokkian), Arab, dan Eropa (terutama Belanda dan Portugis). Tidak ada struktur baku dalam bahasa ini yang membedakan dengan bahasa Melayu, karena bahasa ini berkembang secara alami. Menurut sensus tahun 1993, penutur bahasa Betawi adalah 2,7 juta jiwa.

Itulah 10 bahasa daerah dengan penutur terbanyak di indonesia. Banyak sekali bahasa daerah yang saat ini terancam kelestariannya dikarenakan sifat kurang peduli dari penutur bahasa itu sendiri. Saat ini banyak anak yang diajari dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing oleh para orang tuanya, dan tidak diajari bahasa ibu. Sehingga menjadikan mereka tidak mengerti bahasa ibu mereka. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa penting, namun bahasa Indonesia dapat dengan mudah dipelajari di sekolah-sekolah. Sedangkan bahasa daerah, tidak semua sekolah mengajarkannya. Sehingga perlu adanya kesadaran para orang tua untuk mengenalkan bahasa ibu kepada anak-anaknya.

Kenapa kami memutuskan mengajarkannya bahasa daerah selain bahasa Indonesia, dan bukannya bahasa Inggris? Saya membaca artikel, anak umur dua tahun sudah diperbolehkan diajari bahasa lain selain bahasa ibu. Lalu kami memutuskan bahwa bahasa kedua yang harus dia ketahui adalah bahasa daerah. Dia adalah generasi yang akan membangun negeri ini, mungkin belasan atau puluhan tahun kemudian. Kami berharap, semoga dia tidak menjadi generasi yang melupakan bahasa daerahnya sendiri. Bahasa asing juga penting, tapi buat kami, biarlah dia menguasai dua bahasa ini terlebih dahulu sampai cukup waktunya untuk dia mengenal bahasa lain. Toh, sekarang di sekolah-sekolah dasar bahkan Taman Kanak-kanak sudah diajarkan bahasa Inggris sederhana. Bahasa Inggris diajarkan di mana-mana, tapi bahasa daerah tidak. Jadi, dengan cara ini kami berharap ketika dia mengenal bahasa asing, dia sudah punya bekal pengetahuan bahasa daerahnya.

Akhirnya, saya berharap, semoga masih ada orang-orang Indonesia yang peduli dengan bahasa nasional dan bahasa daerah. Peduli pada bahasa nasional adalah dengan menggunakannya secara baik dan benar dan sesuai EYD. Peduli pada bahasa daerah adalah dengan tidak melupakannya, mengusahakan menggunakannya jika bertemu teman sesama daerah dan mengajarkannya pada anak-anak kita. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah adalah kekayaan bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi?

Sumber:


0 komentar:

Posting Komentar